Sunday, September 29, 2019

Active Aging


       Ageism didefinisikan sebagai prasangka atau diskriminasi terhadap orang tua karena usia mereka. Pada kenyataannya, kita tidak bergerak terlalu jauh dalam mengatasi prasangka terhadap orang yang lebih tua sejak 1960-an ketika istilah "ageism" pertama kali diciptakan oleh Dr. Robert Butler, direktur pertama National Institute on Aging. Ageism adalah salah satu masalah sosial utama yang mempengaruhi paruh kedua kehidupan. Sebagian besar orang dewasa yang sakit, cacat, umumnya dalam kesehatan yang buruk, dan lebih banyak penyakit akut daripada orang yang lebih muda.
       Kebanyakan orang dewasa yang lebih tua mengalami pikun. Pikun adalah penyakit mental yang tak terhindarkan dan tidak dapat diobati di antara kebanyakan orang tua. Kebanyakan lanjut usia terisolasi secara sosial, kesepian, dan hidup sendiri. Insan lanjut usia  sakit-sakitan, tidak berguna, pikun, sengsara, dan karenanya depresi. Insan lanjut usia cenderung lemah, hanya mampu memberikan kontribusi terbatas pada masyarakat. Teori-teori seperti SIT dan TMT menunjukkan bahwa ageisme diabadikan oleh keinginan anak muda untuk memberi makan harga diri mereka dan secara positif mempromosikan identitas mereka (dalam kelompok) ketika dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua (sebagai kelompok luar) dan ketakutan ultimace pada bergerak dari in-group ke out-group, yang menandakan bahwa kematian semakin dekat. Oleh karena itu, pendekatan logis untuk mengurangi ageism tampaknya menjadi penghapusan "batas tidak permeabel antara in-group (youngo dan out-group (old) dan pengurangan ketakutan akan kematian dan sekarat. Implementasi dari empat kondisi dari kontak hipotesa dalam pengembangan program dan kegiatan yang menyatukan generasi yang berbeda mungkin menjadi salah satu cara untuk mengaburkan batas antara muda dan tua, program antar generasi dirancang untuk "menyatukan orang-orang dalam kegiatan yang bertujuan, saling menguntungkan, kegiatan yang mempromosikan lebih besar memahami dan menghormati antar generasi "(Beth Johnson Founda tion, 2001) Program-program semacam itu telah ditemukan memberikan manfaat timbal balik di seluruh spektrum usia, seperti perasaan dihargai, dihormati, dan dipahami peningkatan pengetahuan. Secara khusus, program-program antar generasi yang dibuat berdasarkan hipotesis kontak telah ditemukan untuk menghasilkan hasil yang lebih positif dibandingkan dengan program-program yang tidak (Gilbert & Ricketts, 2008). Oleh karena itu menyatukan yang muda dan yang tua melalui kegiatan-kegiatan yang disengaja di mana setiap kelompok dipandang sama (misal Satu kelompok tidak mengajar atau membimbing yang lain) dapat menjadi strategi potensial untuk memotong batas-batas kaku yang membagi orang berdasarkan usia dan, dengan demikian, mengurangi rasa takut orang muda akan penuaan dan akhirnya menjadi anggota kelompok lama.

       Tips mengurangi sasaran Ageisme atau cara bekerja menujunya menjadi lebih sadar akan bias pribadi dan mengidentifikasi antaralain :
1. Jangan berpartisipasi dalam degradasi mitos penuaan yang lebih tua yang mungkin anda yakini sebagai fakta. Orang dewasa dan penuaan, seperti menggunakan frasa seperti di atas bukit dan "momen senior" dan menghindari kartu, meme, kartun, film, atau acara TV yang menggambarkan orang dewasa yang lebih tua dalam stereotip.
2. Hindari elderspeak; berbicara dengan orang dewasa yang lebih tua saat anda mendidik dan berdiskusi dengan orang lain bagaimana penggunaan bahasa dan beberapa media mempromosikan pemikiran dan prasangka usia.
3. Kenali keragaman pada orang dewasa yang lebih tua dan fokuskan diri untuk mengenal kerabat yang lebih tua, tetangga, atau mengakui individualitas orang tersebut. 4. Anggap semua orang mampu secara mental dan fisik sampai diinformasikan sebaliknya.
5. Berpartisipasilah dan libatkan relawan antar generasi di komunitas lokal Anda.
6. Pertimbangkan cara untuk memasukkan orang dewasa yang lebih tua ke dalam program pendidikan atau sosial.



Sunday, September 22, 2019

Bagaimana Menjadi Lansia yang Bugar?

       Sehat merupakan impian setiap orang. Hidup sehat adalah pilihan bagi mereka yang sadar akan pentingnya kesehatan. Tak hanya kaum muda, lansia pun tentu perlu menerapkan hidup sehat agar mereka tetap bugar di usia senja. Lantas bagaimana menjadi lansia yang sehat dan bugar? Berikut ini adalah beberapa tips agar lansia tetap hidup sehat dan bugar :
       1. Untuk menjadi lansia yang tetap sehat dan bugar tentu perlu menjaga pola hidup sehat. Pola makan lansia juga harus di perhatikan agar mereka tidak salah dalam memilih makanan yang dikonsumsinya sehari- hari. Makanan yang sehat tentunya adalah makanan yang mengandung gizi seimbang bagi lansia dan tidak banyak mengandung lemak jahat ataupun kolesterol dalam tubuh. Mengkonsumsi buah dan sayuran juga sangat penting karena mampu menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh lansia, dan tentunya buah serta sayuran merupakan makanan yang sehat untuk lansia. Banyak minum air putih juga sangat baik bagi kesehatan lansia.

2. Rajin berolahraga, olahraga ringan seperti senam sehat untuk lansia atau sekedar jalan- jalan di sekitar taman dapat menjadi alternatif pilihan. Gerakan- gerakan senam yang ringan bagi lansia akan membuat tubuh mereka bugar apabila dilakukan secara bertahap dan sesuai kebutuhan. Tidak perlu memaksakan lansia untuk terus bergerak, namun jika mereka sudah merasa cukup akan olahraga tersebut maka kegiatan olahraga tersebut dicukupkan.

3. Bersosialisasi sambil rekreasi. Rekreasi merupakan hal yang menyenangkan bagi setiap orang. Lansia juga akan merasa senang dan bersemangat apabila mereka diajak untuk pergi rekseasi. Reakreasi dapat menjadi wahana untuk lansia dalam bersosialisasi sehingga mereka mampu menambah relasi dan merasa mendapat banyak teman.
       

Sunday, September 15, 2019

Pemberdayaan Lansia Melalui Pengelolaan Lingkungan Hidup

       Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada  ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).  
       Pemberdayaan Lansia merupakan suatu upaya untuk mensejahterakan kehidupan lansia agar mereka tidak dianggap sebagai beban. Dalam Pemberdayaan Lansia, terdapat berbagai macam cara atau metode, salah satunya yaitu melalui pengelolaan lingkungan hidup. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, lansia perlu memahami keadaan lingkungan disekitarnya. Mengelola lingkungan hidup berarti juga melakukan penghijauan. Bagi sebagian besar lansia merawat tanaman merupakan hal yang menyenangkan, untuk itu dalam pengelolaan lingkungan hidup ini lansia di harapkan mampu mengelola tanaman, mengolah bahan pangan alami, bahkan membuat pupuk organik dari bahan- bahan yang terdapat di lingkungan sekitarnya.
       Pengelolaan lingkungan hidup yang perlu dilakukan diawal pemberdayaan lansia yaitu dengan pengenalan tanaman- tanaman herbal ataupun tanaman hias yang mampu memperindah lingkungan sekitar. Setelah lansia diperkenalkan dengan tanaman- tanaman tersebut selanjutnya lansia diajarkan untuk menanam dan merawat tanaman tersebut. Untuk tanaman hias, lansia hanya perlu diberdayakan agar mampu merawat tanaman- tanaman tersebut. Akan tetapi untuk tanaman- tanaman herbal, lansia dibimbing untuk mengolah tanaman tersebut agar mampu menjadi obat maupun jamu herbal dalam keluarga. Pemberdayaan Lansia lainya juga dapat berupa pelatihan mengolah bahan pangan alami yang ada di sekitar mereka, atau juga pengolahan pupuk organik dari sampah basah maupun kotoran hewan. Diharapkan, dengan adanya pemberdayaan lansia ini mampu meningkatkan kesejahteraan lansia dan pengetahuan mengenai lingkungan hidup.